Di tengah tantangan pendidikan modern, banyak orang tua dan pendidik mencari sistem yang tak hanya mencerdaskan secara akademik, tetapi juga kuat dalam nilai dan karakter. Pembelajaran Sekolah Islam Terpadu (SIT) hadir sebagai solusi pendidikan yang komprehensif, menggabungkan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan spiritual. Lalu, seperti apa prinsip dan model pembelajarannya?
Contents
- 1 Prinsip Pembelajaran Sekolah Islam Terpadu: Sajikan – Internalisasi – Terapkan
- 2 Model Pembelajaran Sekolah Islam Terpadu
- 2.0.1 Telaah – Siswa mulai dengan mengkaji konsep dasar materi. Di sini, siswa diajak untuk tadabbur atau merenungi makna dari ilmu yang dipelajari.
- 2.0.2 Eksplorasi – Guru mendorong siswa untuk mencari tahu lebih banyak. Mereka bisa membaca, berdiskusi, atau melakukan eksperimen sederhana.
- 2.0.3 Rumuskan – Setelah menemukan banyak informasi, siswa diajak merumuskan pemahaman mereka secara mandiri.
- 2.0.4 Presentasikan – Siswa menyampaikan hasil eksplorasi mereka di depan teman. Ini melatih komunikasi dan rasa percaya diri.
- 2.0.5 Aplikasikan – Ilmu yang didapat langsung diterapkan. Misalnya, setelah belajar tentang kebersihan, siswa praktik menjaga kebersihan kelas.
- 2.0.6 Duniawi – Siswa memahami bahwa ilmu ini berguna untuk kehidupan dunia. Mereka melihat dampak nyata dari penerapan ilmu tersebut.
- 2.0.7 Ukhrowi – Terakhir, siswa diajak menyadari bahwa ilmu dan amal yang mereka lakukan adalah bekal menuju akhirat.
- 3 Pembelajaran yang Bermakna dan Mendalam
Prinsip Pembelajaran Sekolah Islam Terpadu: Sajikan – Internalisasi – Terapkan

Salah satu ciri khas Pembelajaran Sekolah Islam Terpadu terletak pada prinsip S-I-T, yaitu Sajikan, Internalisasi, dan Terapkan. Prinsip ini bertujuan agar proses belajar tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga pengalaman yang bermakna dan mendorong tindakan nyata.
1. Sajikan: Bangun Pemahaman yang Kuat
Pada tahap ini, guru menyampaikan materi pelajaran yang sarat nilai dan makna. Proses penyajian secara menyeluruh menggunakan pendekatan akal, logika, dan aktivitas fisik (kinestetik).
Misalnya, saat belajar tentang zakat, siswa tidak hanya memahami definisinya, tetapi juga memahami logika sosial dan ekonomi di balik kewajiban tersebut.
Tujuannya adalah membentuk fondasi pemikiran yang kuat dan masuk akal sebelum nilai-nilai itu ditanamkan lebih dalam.
2. Internalisasi: Tanamkan Nilai di Hati
Setelah siswa memahami konsep, saatnya nilai-nilai itu dihayati dan dirasakan. Tahap ini menyentuh dimensi hati, emosi, dan jiwa.
Guru membimbing siswa untuk merasakan cinta terhadap kebaikan, memunculkan empati, dan tumbuh kesadaran akan pentingnya menjalankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Misalnya, setelah belajar tentang kejujuran, siswa diajak merefleksi bagaimana rasanya ketika kita jujur dan orang lain mempercayai kita?
Tujuannya agar selain mengetahuidan memahami tentang ilmu pengetahuan, siswa juga menjadikannya sebagai kebutuhan dalam mengatasi problem dalam kehidupan nantinya.
3. Terapkan: Wujudkan dalam Perilaku Nyata
Tahap terakhir adalah aksi. Di sinilah siswa benar-benar mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari ibadah pribadi, seperti salat tepat waktu, hingga aksi sosial seperti berbagi makanan kepada teman.
Hasil akhirnya, pembelajaran menjadi utuh siswa tahu, paham, menyukai, lalu melakukannya.
Baca Juga : YP2SI Al Ummah Gelar UKG Untuk Tingkatkan Mutu Pendidikan
Model Pembelajaran Sekolah Islam Terpadu
Untuk mendukung prinsip tersebut, Pembelajaran Sekolah Islam Terpadu juga menerapkan model pembelajaran 7 langkah. Setiap langkah saling terhubung dan memperkuat proses belajar dari awal hingga akhir.
-
Telaah – Siswa mulai dengan mengkaji konsep dasar materi. Di sini, siswa diajak untuk tadabbur atau merenungi makna dari ilmu yang dipelajari.
-
Eksplorasi – Guru mendorong siswa untuk mencari tahu lebih banyak. Mereka bisa membaca, berdiskusi, atau melakukan eksperimen sederhana.
-
Rumuskan – Setelah menemukan banyak informasi, siswa diajak merumuskan pemahaman mereka secara mandiri.
-
Presentasikan – Siswa menyampaikan hasil eksplorasi mereka di depan teman. Ini melatih komunikasi dan rasa percaya diri.
-
Aplikasikan – Ilmu yang didapat langsung diterapkan. Misalnya, setelah belajar tentang kebersihan, siswa praktik menjaga kebersihan kelas.
-
Duniawi – Siswa memahami bahwa ilmu ini berguna untuk kehidupan dunia. Mereka melihat dampak nyata dari penerapan ilmu tersebut.
-
Pembelajaran yang Bermakna dan Mendalam
Melalui prinsip Sajikan–Internalisasi–Terapkan dan model pembelajaran yang progresif, Pembelajaran Sekolah Islam Terpadu mampu menciptakan pengalaman belajar yang utuh dan bermakna. Siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak, mandiri, dan siap menjadi agen kebaikan di tengah masyarakat.
Dengan pendekatan ini, Sekolah Islam Terpadu berkomitmen mencetak generasi rabbani yang bukan hanya siap menghadapi tantangan zaman, tetapi juga siap mengabdi kepada Allah dan bermanfaat bagi sesama.
Pingback: Tips Lengkap Agar Santri Kembali ke Pondok Dengan Semangat
Pingback: Kegiatan MPLS di YP2SI Al Ummah Ceriakan Hari Pertama Siswa Sekolah
Pingback: MPLS SMAIT Assalaam: Kunjungan ke RPSBM Kota Pekalongan