☕ Ngopi di Serambi Tarbiyah – Episode 21
Pagi menjelang siang itu, suasana rada santai, menjelang 17 an, ada kegiatan antar sekolah dalam satu yayasan, tidak dalam halaqah formal, namun bapak-bapak para murobi itu berkumpul dan ngobrol santai kemudian semakin serius tentang pembinaan… Yah pembinaan ummat, tepatnya seputar semangat membina yang agak memudar.
Pak Rifa’i duduk bersandar di bangku taman sekolah sambil menatap para murid, Mas Yusron, membawa plastik putih berisi beberapa pisang rebus dan jus menyajikan di meja taman.
Setelah ngobrol santai, Ustadz Taufik nampak serius “Ikhwanii, pernahkah antum merasa… lelah ? Tapi bukan lelah fisik. Bukan karena aktivitas terlalu padat. Tapi lelah karena merasa perjuangan dakwah tak kunjung membuahkan hasil?”
Mas Ilham langsung mengangguk. “Na’am ustadz. Kadang… sudah ajak mutarabbi berkali-kali, sudah kasih perhatian, tapi tetap saja mereka… biasa-biasa saja, acuh. Bahkan ada yang mundur diam-diam.”
“Pernah ada mutarabbi,” sahut Mas Yusron akhirnya, “yang kita perjuangkan dari SMA sampai kuliah, ikut daurah, aktif halaqah… lalu ketika bekerja malah menjauh dari tarbiyah. Kita jadi mikir, apakah semua itu sia-sia?”
Contents
Baca juga : Awalnya Keprihatinan, Berakhir dengan Perubahan
Ustadz Taufik menghela napas panjang.
“Inilah yang dalam istilah psikologi oleh Pak Cahyadi disebut compassion fatigue, kelelahan welas asih. Biasanya dialami oleh dokter, konselor, perawat, guru… dan juga murobbi. Saat kita terlalu lama memberi, tapi lupa mengisi diri.”
Semua hening.
“Fatigue itu bukan sekadar lelah. Tapi kehilangan semangat ruhani. Tanda-tandanya bukan hanya tubuh yang lemas, tapi jiwa yang hambar”
Ust Taufik melanjutkan,
“Tak lagi semangat menyapa mutarabbi.
Tak lagi menggigil ketika membaca sirah.
Tak lagi rindu ketika menjelang halaqah.
Dan lebih sibuk membandingkan capaian—daripada memelihara niat dan rasa syukur.”
Pak Wawan yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara.
“Saya pernah mengalami itu, Ustadz. Lelah…tapi bingung apa sebabnya. Sampai istri saya yang mengingatkan, ‘Mungkin Abi sedang kehabisan bensin ruhiyah.’”
Mereka semua tersenyum, bukan senyum biasa namun senyum saling mengerti.
“Ikhwanii fillah,” lanjut Ustadz Taufik,
“Jalan dakwah ini bukan jalan menabur harapan di ladang yang langsung panen. Tapi jalan menggembur tanah, menyiram, dan menunggu musim dari Allah.”
‘Tugasmu bukan menumbuhkan, tapi menanam. Allah yang menumbuhkan.’
Ia lalu membuka lembar catatan kecil, insight dari buku Gumregah Tarbiyah dan membacakan:
“Jika engkau lelah karena memberi, maka berhentilah sejenak bukan untuk mundur, tapi untuk bernafas. Karena ruh dakwah adalah cinta, dan cinta tak bisa tumbuh dari hati yang kering.”
Mas Ilham mengangguk. Wajahnya terlihat lebih lapang.
“Jadi kalau sedang seperti ini, apa yang sebaiknya kami lakukan, Ustadz?” tanya Mas Yusron.
Ustadz Taufik menatap mereka satu per satu.
“Lakukan tiga hal, ikhwah…”
1. Tafakkur dan tafakur
“Bukan sekadar merenung, tapi tenggelam dalam zikir dan tafsir hidup. Beri waktu untuk dirimu berdialog dengan Allah, bukan hanya memberi kepada manusia.”
2. Berbagi dengan sesama murobbi
“Jangan simpan kelelahan sendiri. Kita ini bukan malaikat. Ada waktunya kita saling menguatkan. Karena “luka” bisa sembuh lebih cepat jika disentuh ukhuwah.”
3. Kembali pada why tarbiyah
“Ingat kembali mengapa antum membina. Bukan karena target atau prestasi, tapi karena janji di hadapan Allah untuk menyalakan cahaya, meski kecil… asal istiqamah.”
Pak Rifa’i menimpali, “Berarti compassion fatigue ini bukan musibah ya?”
“Bukan,” sahut Ustadz Taufik mantap.
“Itu karunia. Karena Allah masih izinkan kita merasa. Yang bahaya itu bukan lelah… tapi mati rasa.”
—
📜 Catatan Serambi
Alm. Ust Salaf sering mengutip papatah Arab “Faaqidusy-syai’ laa yu’thi. ( orang yang tidak punya tidak bisa memberi)
Saat murobbi merasa lelah, itu bukan sinyal untuk berhenti. Tapi ajakan untuk berhenti sejenak — untuk disegarkan, bukan dikalahkan.
Beristirahat bukan tanda kekalahan. Itu bagian dari strategi mujahadah.
Bangkitlah, karena ladang ini belum selesai dipanen. Dan cinta belum selesai ditanam.
—
#NgopiDiSerambiTarbiyah
#CompassionFatigue
#MenjagaSemangatMurobbi
#TarbiyahMadallHayah
#KesungguhanYangMengunggahKesadaran
