Sepucuk Surat Murabbi

Sepucuk Surat untuk Mutarabbi

☕ Ngopi di Serambi Tarbiyah – Episode 26 (Part 2)

Halaqah malam itu, sepekan setelah “PR mutabaah binaan” yang dilontarkan Ilham, para murobbi membacakan surat-surat terbaik mereka untuk para mutarabbinya.

Surat sebagai Sarana Dakwah

Salah satunya…

Bismillahirrahmanirrahim

Untukmu, sobat pejuang di jalan dakwah.
Kadang aku menyapamu dengan sebutan akhii, ikhwah, antum, teman belajar, bahkan sahabatku.

Sebenarnya aku menulis surat ini sudah beberapa hari lalu. Aku memilih duduk di depan meja kecil, tempat biasanya aku menyiapkan tema-tema, dengan beberapa buku panduan dan referensi halaqah ada di sampingku, untuk mengingatkan tugas perlu dipersiapkan. Masih terngiang beberapa uraian yang kusampaikan dalam halaqoh yang kurasa perlu aku perbaiki.

Sobat perjuanganku seiman,..
Nama-nama kalian hakikatnya adalah amanah Allah untukku. Sebelum engkau, ada nama-nama lain yang juga pernah Allah titipkan. Hari ini, engkau-lah yang Allah amanahkan.

Aku ingin menulis dengan sederhana, memakai kata “aku” dan “engkau”, agar lebih dekat, lebih jujur.

Baca juga : Penyakit ‘Ini Juga Dakwah

Sobatku…
Aku tahu hadir di halaqah tidak selalu mudah. Ada saat engkau semangat, ada saat engkau datang terlambat, bahkan ada saat engkau hilang kabar. Aku tidak mencatat itu untuk menghakimi, tapi untuk mengingatkan diriku sendiri, bahwa tugas seorang murobbi bukan sekadar mengajar, melainkan mencintai. Bukan sekadar mengisi forum, tapi menemani perjalanan imanmu., do’akan aku mampu.

Aku tidak menuntut kesempurnaan darimu. Yang kuinginkan hanyalah engkau tahu, setiap langkahmu ke halaqah begitu berarti bagiku. Bahkan jikapun engkau hanya duduk diam, aku percaya hatimu sedang berjuang. Aku melihat kesungguhan itu, meski engkau mungkin belum menyadarinya.

Jika aku pernah menegurmu dengan suara tegas, percayalah, itu bukan amarah. Itu lahir dari cintaku padamu—agar engkau tidak terperosok sementara aku diam. Rasulullah saw adalah guru kita, dan beliau digambarkan Allah sebagai harisun ‘alaikum — sangat menginginkan kebaikan bagi umatnya. Maka, semoga teguranku menjadi upaya kecil meneladani beliau.

Engkau mungkin pernah kecewa padaku, merasa aku kurang perhatian, atau tak memahami kondisimu. Maafkan aku. Aku pun manusia yang lemah, yang terbatas ilmu dan sabarnya. Tapi aku berjanji untuk tidak berhenti mencintaimu di jalan Allah ini. Karena tarbiyah bukan tentang aku atau engkau, melainkan tentang amanah besar yang harus kita pikul bersama—amanah yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Baca juga : Pintu Keberkahan: Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at

Sobatku, temanku..
Aku berharap kelak suatu hari nanti aku bisa melihatmu tegak di jalan dakwah, menguatkan umat, menjadi rahmat bagi sekitarmu.

Jika Allah mengizinkan engkau masuk surga lebih dahulu dariku, aku mohon, jangan lupakan aku. Gandenglah tanganku. Aku tidak menginginkan apapun darimu di dunia, selain doa dan kesungguhanmu di jalan Allah.

Maka jangan pernah lelah hadir ke halaqah. Jangan biarkan godaan dunia menggeser arahmu. Jadikan lingkaran kita menjadi agenda utama pekanan kita. Ingatlah, setiap langkah kecilmu menuju forum pekanan adalah batu bata bagi peradaban. Setiap lembar catatan yang kau buka, setiap ayat yang kau coba hafal, adalah cahaya untuk hatimu sendiri.

Teman-temanku,
Aku menulis ini bukan untuk memuji atau menggurui, melainkan untuk mengingatkan dan juga untuk menguatkan azamku sendiri, bahwa aku mencintaimu karena Allah. Inni uhibukum filllah, Aku ingin melihatmu menjadi hamba yang Allah cintai. Dan aku ingin kita berjalan bersama hingga Allah ridha pada kita.

Waltakum minkum ummatun yad’uun ilal khair

Hidupkanlah forum kita bila ia meredup. Karena forum itu bukan milikku atau milikmu saja. Forum itu adalah milik kita bersama.

Wassalamualaikum wr wb.

#SuratUntukMutarabbi
#CintaKarenaAllah
#NgopiDiSerambiTarbiyah
#HalaqahAdalahRahmat

Tinggalkan Balasan