Artikel

Apakah Banyak Bergaul dan Bermedsos Membawa Banyak Dosa?

Bagikan Ke :

Yayasan Al Ummah Dalam era modern ini, keterhubungan sosial telah mencapai puncaknya, terutama dengan adanya media sosial yang memungkinkan kita untuk terhubung dengan siapa pun di seluruh dunia.

Namun, semakin banyaknya pergaulan dan interaksi di dunia maya membawa kita pada suatu pertanyaan yang mendalam: apakah banyak bergaul dan bermedsos juga membawa banyak dosa?

Pertama-tama, perlu dipahami bahwa berteman dan bermedsos pada dasarnya adalah hal yang alami dan dapat memberikan banyak manfaat positif.

Namun, seiring dengan kemudahan terhubung, muncul pula dilema moral yang harus dihadapi oleh setiap individu.

Dalam artikel ini, kita akan merenung lebih dalam tentang permasalahan etika yang muncul seiring dengan meningkatnya keterhubungan sosial.

Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari informasi yang kita bagikan di dunia maya. Apakah setiap kata, gambar, atau tindakan yang kita unggah membawa dampak positif atau justru sebaliknya? Bagaimana kita memilah dan menyaring konten yang kita konsumsi dan bagikan, mengingat peran sosial media sebagai platform bersama?

Selain itu, dalam pergaulan di dunia nyata, seberapa besar pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial terhadap keputusan dan perilaku kita? Apakah kita mampu mempertahankan nilai-nilai moral di tengah godaan pergaulan yang mungkin tidak selalu sejalan dengan keyakinan kita?

Apakah pergaulan dan bermedsos membawa kita pada kebaikan atau justru memunculkan dosa-dosa kecil yang terkadang luput dari perhatian kita?

Bergaul itu Sesuai Hajat

Penjelasan sebelumnya, bukan berarti kita tidak boleh bergaul. Namun, bergaul yang tepat adalah sesuai hajat atau kebutuhan.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

فُضُوْلُ المخَالَطَةِ فِيْهِ خَسَرَاةُ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَإِنَّمَا لِلْعَبْدِ أَنْ يَأْخُذَ مِنَ المخَالَطَةِ بِمِقْدَارِ الحَاجَةِ

“Banyak bergaul itu dapat mendatangkan kerugian di dunia dan akhirat. Selaku hamba seharusnya bergaul sesuai kadar hajat saja.” (Badaai’ Al-Fawaid, 2:821)

Adapun bergaul ada beberapa bentuk menurut Ibnul Qayyim rahimahullah yaitu :

  1. Bergaul seperti orang yang membutuhkan makanan, terus dibutuhkan setiap waktu, contohnya adalah bergaul dengan para ulama.
  2. Bergaul seperti orang yang membutuhkan obat, dibutuhkan ketika sakit saja, contohnya adalah bentuk muamalat, kerja sama, berdiskusi, atau berobat saat sakit.
  3. Bergaul yang malah mendapatkan penyakit, misalnya ada penyakit yang tidak dapat diobati, ada yang kena penyakit bentuk lapar, ada yang kena penyakit panas sehingga tak bisa berbicara.
  4. Bergaul yang malah mendapatkan racun, contohnya adalah bergaul dengan ahli bid’ah dan orang sesat, serta orang yang menyesatkan yang lain dari jalan Allah yang menjadikan sunnah itu bid’ah atau bid’ah itu menjadi sunnah, menjadikan perbuatan baik sebagai kemungkaran dan sebaliknya.

Meskipun banyaknya pergaulan dan bermedsos dapat membawa kegembiraan dan pengetahuan baru, pemikiran yang kritis dan kehati-hatian tetap harus menjadi landasan utama dalam menjalani kehidupan sosial di era digital ini.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *