ArtikelKabar Sekolah

Shalat Tahajud, Pembentuk Ketangguhan Jiwa Santri

Bagikan Ke :

Sholat tahajud merupakan salah satu sunnah yang sangat utama. Nabi Muhammad SAW biasa melaksanakan ibadah sholat Tahajud. Banyak kalagan pesantren yang juga membiasakan Shalat Tahajud bagi para santrinya.

Hukum Shalat Tahajud

Shalat Tahajud hukumnya sunah muakkad. Sunah yang sangat dikokohkan. Dalam artian Rasulullah Saw. tidak pernah meninggalkannya. Bagi beliau, Shalat Tahajud hukumnya wajib, tapi bagi umatnya sunah. Mengenai Shalat Tahajud, Allah Swt. berfirman:

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (Qs. Al-Isra (17) : 79)

Mengenai tafsir dari ayat tersebut, dijelaskan dalam Tafsir Jalalain, Juz 1/hal. 234 tentang lafadz “nafilatan laka“:

فريضة زائدة لك دون امتك او فضيلة على الصلوات المفروضة

Sebagai kewajiban tambahan bagimu, tidak untuk umatmu. Atau menjadi pelengkap (kesempurnaan) dari shalat lima waktu. 

Artinya, Allah Swt. mewajibkan Shalat Tahajud pada Baginda Nabi Muhammad Saw. sebagai tambahan kewajiban dari selain yang lima waktu. Ini khususiyah untuk nabi sehingga umatnya hanya dianjurkan saja (sunnatun muakkadatun) oleh beliau.

Shalat Tahajud adalah shalat sunah yang harus dikerjakan pada malam hari dengan syarat sudah melaksanakan Shalat Isya. Shalat Tahajud dilaksanakan sesudah tidur walau hanya sebentar.

Pembiasaan Shalat Tahajud di Pesantren

Adapun dalam kehidupan santri di sebagian pesantren, Shalat Tahajud tidak lagi dihukumi sunah, tapi diwajibkan. Hukum dasarnya memang sunah, tapi ada aturan pesantren yang mewajibkannya. Namun, bukan berarti pengurus pesantren sok tahu karena telah mengubah hukum yang asalnya sunah menjadi wajib, tapi itu dilakukan sebagai upaya pembiasaan pada santri.

Selama aturan pesantren tidak berseberangan dengan aturan agama, juga tidak menimbulkan mafsadat, maka sah-sah saja. Yang haram tetap diharamkan dan yang wajib tetap diwajibkan.

Dalam hal Shalat Tahajud disebagian pesantren, bahkan santrinya bukan hanya cukup shalat sendirian, tapi juga diwajibkan berjamaah. Sekali lagi tujuannya untuk mengajari istiqomah dalam hal yang sunah. Ketika yang sunah terbiasa dilakukan, maka apalagi perkara yang wajib.

Shalat berjamaah sendiri hanya dianjurkan dalam shalat sunah tertentu. Tidak semua shalat sunah juga disunahkan dilaksanakan secara berjamaah. Malah harus dikerjakan secara sendirian. Seperti halnya Shalat Tahajud, memang tidak sunah dilaksanakan secara berjamaah. Namun, ada para ulama yang membolehkan. Seperti halnya Imam Nawawi dalam kitabnya Almajmu’ Ala Syarhil Muhadzdzab, (juz 4/hal. 5):

قال اصحابنا تطوع الصلاة ضربان ضرب تسن فيه الجماعة وهو العيد والكسوف والاستسقاء وكذا التراويح على الأصح وضرب لا تسن له الجماعة لكن لو فعل جماعة صح وهو ما سوى ذلك

Shalat sunah dibagi dua. Pertama sunah dilaksanakan berjamaah, yaitu shalat i’ed, shalat gerhana, shalat istisqo’ dan shalat tarawih. Kedua tidak sunah dilaksanakan berjemaah, tapi tetap sah walaupun dilaksanakan secara berjemaah. Yaitu selain yang tersebut.

Jadi, aturan berjamaah dalam Shalat Tahajud di pesantren hukumnya sah-sah saja. Iya, memang pahala yang didapat bukan pahala berjamaah, tapi pahala shalatnya saja.

Pengurus pesantren tetap memberi pengertian pada semua santri bahwa Shalat Tahajud hukumnya sunah, bukan wajib. Tentunya hal ini berpahala sebagaimana yang dalam kitab Bughyatul Musytarsidin:

تباح الجماعة في نحو الوتر والتسبيح فلا كراهة في ذلك ولا ثواب نعم ان قصد تعليم المصلين وتحريضهم كان له ثواب واي ثواب بالنية الحسنة

Boleh dikerjakan secara berjamaah shalat sunah seperti halnya witir dan tasbih. Tidak ada kemakruhan walau tidak berpahala. Iya, ketika ditujukan untuk menajari dan memotivasi meteka, tentu berpahala. Karena pahala dapat diraih dengan niat yang baik.

Keutamaan Shalat Tahajud

1. Dijamin akan masuk surga bagi siapa yang mendirikannya

Dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا أَيُّهَا اَلنَّاسُ! أَفْشُوا اَلسَّلَام, وَصِلُوا اَلْأَرْحَامَ, وَأَطْعِمُوا اَلطَّعَامَ, وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ, تَدْخُلُوا اَلْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

Wahai manusia! Sebarkanlah salam, jalinlah tali silturahmi (dengan kerabat), berilah makan (kepada istri dan kepada orang miskin), shalatlah di waktu malam sedangkan manusia yang lain sedang tidur, tentu kalian akan masuk ke dalam surga dengan penuh keselamatan.” (HR. Tirmidzi no. 2485 dan Ibnu Majah no. 1334. Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 569 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

 

2. Dicatat sebagai ibadah berdzikir kepada Allah

Orang yang melakukan shalat malam akan dicatat sebagai orang yang berdzikir kepada Allah

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ

Apabila seseorang bangun di waktu malam, lalu dia membangunkan istrinya, kemudian keduanya mengerjakan shalat dua raka’at, maka keduanya akan dicatat sebagai pria dan wanita yang banyak berdzikir pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 1335. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Shohih wa Dho’if Sunan Ibnu Majah bahwa hadits ini shohih).

3. Lebih semangat dalam menjalani hari-harinya, dan terhindar dari sifat malas

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ

Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika dia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)

4. Diangkat ke tempat yang terpuji

Keutamaan sholat malam atau Tahajud tercantum dalam surat Al Isra ayat 79. Allah SWT berfirman:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

“Dan pada sebagian malam hari, shalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (QS Al Israa ayat 79).

5. Mendapat ampunan dari Allah

Keutamaan sholat tahajud juga sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

نْزِلُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كُلَّ لَيْلَةٍ حِينَ يَمْضِي ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَوَّلُ فَيَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ مَرَّتَيْنِ مَنْ ذَا الَّذِي يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ مَنْ الَّذِي يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ ذَا الَّذِي يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ فَلَا يَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّى يُضِيءَ الْفَجْرُ

“Allah turun ke langit dunia pada setiap malamnya, yaitu saat sepertiga malam terakhir seraya berfirman, ‘Aku adalah Raja, Aku adalah Raja, Siapa yang berdoa pada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.’ Keadaan itu berlangsung hingga tiba waktu fajar” (HR Muslim).

Doa Sholat Tahajud yang Pernah Dibaca Oleh Rasulullah

اللَّهُمَّ أَنْتَ المَلِكُ لاَ إلٰهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Artinya:

“Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau.

Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu.” (HR Abu Dawud dari Ali bin Abi Thalib)

 

Dengan doa yang dilafalkan setiap hari, maka diharapkan mampu membuat santri selalu merasa terhubung dengan Allah SWT sehingga segala macam gerik laku kehidupannya hanya disandarkan kepada Allah. Bahkan segala macam peristiwa yang akan terjadi kepada mereka, akan siap mereka hadapi karena keimanan yang teguh, dan keyakinan bahwa taqdir Allah adalah yang terbaik untuknya.

 

 

 

Sumber :

  1. bincangsyariah.com
  2. rumaysho.com
  3. iqra.republika.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *